___1001seputaragamaislam.blogspot.com___
Sebagian
orang membayangkan bahwa diri mereka sendiri adalah sebuah materi, dan dunia
yang mereka lihat di sekelilingnya adalah sesuatu materi yang pasti. Tapi
mereka menganggap Allah (sesungguhnya Allah lebih dari itu) sebagai imajinasi
yang meliputi suatu materi yang pasti itu.
Karena
Allah ada di mana-mana, tidak hanya di langit. Sebagai satu-satunya zat yang
absolut, Allah meliputi jagad raya, manusia dan tempat, surga dan di manapun.
Dan Allah nyata di jagad raya. Menurut hadis, Nabi kita, Muhammad SAW
mengatakan bahwa seseorang yang mengatakan bahwa Allah ada di langit mengatakan
yang sesungguhnya. Tapi pernyataan itu tidak menyebabkan konflik dengan fakta
bahwa Allah ada di mana-mana. Karena jika seseorang berada di suatu tempat
bersama Anda di Bumi, mengangkat tangannya dan berdoa kepada Allah dan berpikir
bahwa Allah ada di langit, sementara seseorang yang berada di Kutub Selatan
melakukan hal yang sama, sementara seseorang di Kutub Utara mengangkat
tangannya dan seseorang lainnya di Jepang, atau Amerika atau Ekuador mengangkat
tangan ke langit dengan cara yang sama dan menghadap Allah, maka tidak mungkin
berbicara tentang sebuah arah tertentu. Dengan cara yang sama, jika jin,
malaikat dan setan berada di tempat-tempat berbeda di luar angkasa dan jagad
raya juga berdoa menghadap langit, maka tidak mungkin membicarakan sebuah arah
tertentu dan situasinya adalah meliputi seluruh jagad raya.
Kita
juga harus ingat bahwa Allah terbebas dari ruang dan waktu. Allah sendiri
adalah sesuatu yang berbeda. Tapi perwujudan dari Allah ada di mana-mana. Jika
seseorang memasuki sebuah ruangan dan mengatakan Allah tidak ada di sana, dia
mengingkari Allah. Perwujudan Allah ada di ruangan itu dan di manapun. Di
manapun Anda berada, perwujudan Allah ada di sana. Beberapa ayat Alqur’an
mengatakan bahwa Allah meliputi seluruh tempat, bahwa Allah lebih dekat dari
urat leher kita, dan kita akan melihat wajah-Nya kemanapun kita menatap. Misalnya,
di Surat Al Baqarah ayat 255, Allah
mengatakan : “Milik-Nya apa yang ada di langit dan di
bumi.” Surat Hud, ayat 92 : “Ketahuilah (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu
kerjakan” yang berarti Allah juga meliputi apa yang manusia lakukan.
Kebenaran
yang ada di Alqur’an jelas sekali : Allah tidak hanya berada di langit. Allah
adalah Dia yang meliputi dan ada di seluruh tempat. Pengetahuan ini ada di
dalam Alqur’an untuk kita ketahui. Menjelaskan kenyataan rahasia di balik materi
memungkinkan manusia mengerti lebih baik tentang ayat-ayat tersebut.
Orang-orang yang menyadari bahwa materi bukanlah kehidupan absolut akan sadar
bahwa Allah ada di manapun dan kapanpun, bahwa Allah melihat dan mendengar
mereka setiap saat, bahwa Allah menyaksikan semuanya dan lebih dekat dari urat
leher mereka, dan Allah mendengar doa dari orang yang berdoa.
✔ Beberapa ayat
Alqur’an berkenaan dengan subyek tersebut.
“Dan milik Allah Timur dan Barat. Ke mana pun kamu menghadap di sanalah
wajah Allah. Sungguh, Allah Maha Luas, Maha Mengetahui”. (QS. Surat
Al-Baqarah, 115)
“Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, Yang terus menerus
mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada
di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di
sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang
di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang
ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi.
Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar”. (QS. Surat
Al-Baqarah, 255)
“Dan (ingatlah) ketika Kami wahyukan kepadamu, ”Sungguh, (ilmu) Tuhanmu
meliputi seluruh manusia.” Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami
perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula)
pohon yang terkutuk (zaqqum) dalam Alqur’an. Dan Kami menakut-nakuti mereka,
tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka”. (QS. Surat Al-Isra’,
60)
“Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, melainkan akan datang
kepada (Allah) Yang Maha Pengasih sebagai seorang hamba. Dia (Allah)
benar-benar telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan
hitungan yang teliti”. (QS. Surat Maryam, 93-94)
“Dan (kemenangan-kemenangan) atas negeri-negeri lain yang tidak dapat
kamu perkirakan, tetapi sesungguhnya Allah telah menentukannya. Dan Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Surat Al- Fath, 21)
“Padahal Allah mengepung dari belakang mereka (sehingga tidak dapat
lolos)”. (QS. Surat
Al-Buruj, 20)
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”. (QS. Surat Qaf, 16)
“Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati, tetapi
jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan
bertakwa, tipu daya mereka tidak akan menyusahkan kamu sedikit pun. Sungguh,
Allah Maha Meliputi segala apa yang mereka kerjakan”. (QS. Surat Ali ‘Imran, 120)
“Mereka dapat bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak dapat
bersembunyi dari Allah, karena Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam
mereka menetapkan keputusan rahasia yang tidak diridai-Nya. Dan Allah Maha
Meliputi terhadap apa yang mereka kerjakan”. (QS. Surat An-Nisa’, 108)
“Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan
(pengetahuan) Allah meliputi segala sesuatu”. (QS. Surat An-Nisa’, 126)
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar dari kampung
halamannya dengan rasa angkuh dan ingin dipuji orang (ria) serta menghalang-halangi
(orang) dari jalan Allah. Allah meliputi segala yang mereka kerjakan”. (QS. Surat Al-Anfal, 47)
“Dia (Syu’aib) menjawab, “Wahai kaumku! Apakah keluargaku lebih terhormat
menurut pandanganmu daripada Allah, bahkan Dia kamu tempatkan di belakangmu (diabaikan)?
Ketahuilah (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan”. (QS. Surat Hud, 92)
“Ingatlah, sesungguhnya mereka dalam keraguan tentang pertemuan dengan
Tuhan mereka. Ingatlah, sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu”. (QS. Surat Fussilat, 54)
✔ Pendapat Tuan
Adnan Oktar Mengenai Takdir, Ketetapan, Dan Fakta Bahwa Allah Ada Di Mana-Mana.
Adnan
Oktar (Harun Yahya) : Subyek yang sangat difokuskan sebagian besar orang adalah
keberadaan Allah, kematian, apa yang akan terjadi setelah hari kiamat, dan
takdir. Dengan kata lain, tak peduli seberapa sering mereka mencoba untuk tidak
mengakuinya, mereka selalu memikirkannya. Karena setiap malam, ada sebuah film
di TV tentang seseorang yang meninggal. Bahkan jika seseorang melihat seekor
serangga mati, hal itu akan mengingatkannya kepada kematian, dan saat seseorang
itu berpikir tentang dirinya, hal itu mengingatkannya lagi kepada kematian.
Orang
merasa sangat terganggu saat membicarakan takdir. Masih ada perdebatan sengit,
bahkan setelah saya membahasnya cukup lama, mereka masih saja belum
menerimanya. Mereka mengatakan bahwa Allah telah menetapkan takdir, tentu saja.
Ada takdir, tetapi juga ada kebebasan memilih, kata mereka, dengan kata lain
ada sedikit kekuatan kecil pada kita – na’udzubillah min dzalik – yang tidak dapat
Allah kontrol, yang menjadi hak kita. Dengan kata lain, Allah tidak mengetahui
apa yang akan kita lakukan, atau Allah tahu, tapi hanya samar-samar
(na’udzubillah min dzalik). Dan saat kita melakukan sesuatu Allah menunjukkan
kita dua jalan, tapi tidak tahu jalan mana yang kita pilih. Kita memilih jalan
itu, na’udzubillah min dzalik, dengan keinginan kita sendiri. Dan menjadi
sebuah informasi kejutan, semoga Allah melarangnya, untuk Allah. Maksudnya
menjadi sesuatu yang Allah ketahui untuk pertama kalinya, dan walaupun Allah
menguji kita, dan Allah akan mengerti (na’udzubillah min dzalik). Hal itu sama
sekali tidak ada. Baik takdir dan sebagian keinginan bebas diciptakan oleh
Allah.
Hanya
ada satu momen. Apa arti satu momen di dalam masa? Artinya waktu yang sangat
singkat. Yang kita sebut ”instan” adalah masa yang sangat singkat. Allah telah
mencipta dan menyelesaikan yang tak terhingga sebelum dan sesudah dalam masa
yang sangat singkat itu. Tidak ada yang harus diselesaikan. Tidak ada yang bisa
dilakukan seseorang pun. Jadi bagaimana kebebasan memilih Anda itu bukan bagian
dari takdir? Oleh karena itu, orang yang egois yang melihat dirinya sendiri –
na’udzubillah min dzalik – sebagai seorang yang hebat, tidak dapat mengerti hal
ini. Fakta bahwa Allah telah menetapkan takdir dan juga kebebasan memilih akan
mengganggu pikiran mereka untuk beberapa alasan. Hal kedua yang mengganggu
mereka adalah fakta bahwa Allah ada di mana-mana. Mereka menginginkan Allah ada
di langit, hanya di satu tempat tertentu di langit. Bukan di semua tempat di
langit, hanya di satu tempat saja.
Seseorang
baru saja menyatakan bahwa jika Allah ada di kamar kita, dan di tubuh kita,
maka kita adalah Allah, na’udzubillah min dzalik! Kita menyembah esensi Allah.
Menjadi perwujudan Allah adalah satu hal, dan menjadi esensi Allah adalah hal
lainnya, bukan begitu? Kita menyembah esensi Allah. Tentu saja kita perwujudan
Allah dan Allah ada di mana-mana. Allah juga ada di tubuh kita. Sebagian orang
tidak ingin Allah ada di dalam tubuh mereka. Dan karena itu mereka juga tidak
menginginkan-Nya di dalam kamar mereka. Di mana mereka menginginkan-Nya? Jauh
di atas langit. Mereka menginginkan-Nya berada di sana, begitu jauh,
na’udzubillah min dzalik!
Kenapa
mereka harus mengatakannya seperti itu, kenapa mereka mempercayainya, saya
benar-benar tidak mengerti. Artinya, jika mereka ditanya apakah Allah ada di
sini, mereka akan mengatakan tidak. Di mana Allah? Di langit, tapi Allah tidak
ada di sini, kata mereka. Oleh karena itu, mereka akan mengatakan Allah tidak
ada di Bumi (na’udzubillah min dzalik) bukan? Mereka akan mengatakan Allah ada
di langit dan Dia tidak ada di sini. Mereka mengatakan bahwa hanya
pengetahuan-Nya yang dapat sampai kepada kita, tapi bukan diri-Nya. Mereka
mengatakan : “kami adalah makhluk yang seutuhnya, Allah hanyalah bayangan.”
Saya
terbiasa mendengar kalimat itu saat saya masih kecil. Buktikan bahwa Allah ada,
kata mereka. Lalu mereka akan mengatakan, “Bisakah kau tunjukkan gambar di
televisi atau suara di radio, atau pikiranmu sendiri? Bisakah kau tunjukkan isi
dari pikiranmu?” Mereka katakan itu karena kau tidak bisa memperlihatkan isi
pikiranmu, kau juga tidak bisa memperlihatkan Allah, dan itu penjelasan mereka.
Benar bahwa Allah tidak bisa dilihat atau disentuh, dan bukan sebuah
obyek. Allah bukanlah makhluk dengan ruang dan waktu. Allah berada di luar
ruang dan waktu. Tapi tujuan yang sebenarnya dari orang-orang ini sangat
berbeda. Misalnya mereka mengatakan ada seorang anak perempuan dan Rasulullah
datang. Rasulullah bertanya, ”di mana Allah?” Anak perempuan itu menjawab,
”Allah ada di langit.” “Kau benar,” kata Rasulullah. Mereka menjadikannya bukti
dan percaya bahwa Allah ada di langit. Baiklah, Allah ada di langit. Saat anak
perempuan ini menunjuk ke atas, dia menunjuk ke langit dan dia berada di Arab.
Seseorang yang berada di Kutub Utara atau di Kutub Selatan juga mengangkat
tangannya ke langit dan berdoa kepada Allah. Seseorang di ekuator mengangkat
tangannya. Seluruh orang di bumi, mengangkat tangan mereka ke atas. Mahkluk
lainnya di Merkurius atau Uranus dan sistem planet lainnya juga berdoa ke arah
atas. Dengan begitu, berarti meliputi ruang angkasa yang kosong, bukan?
Misalnya,
seseorang berada di Merkurius, Bumi juga ada di langit, dan saat seseorang itu
mengangkat tangannya, dia mengangkat tangannya ke arah Bumi. Dan saat seseorang
di Bumi mengangkat tangannya ke langit, dia akan mengangkat tangannya ke arah
planet lain. Untuk itu, wilayahnya meliputi 360 derajat. Mereka telah gagal
melihatnya. Seperti yang pernah dikatakan bahwa, mereka tiba-tiba berhenti
berkomentar dan kepercayaan yang aneh itu tidak pernah diperdebatkan lagi. Tapi
orang-orang seperti itu akan selalu ada dari waktu ke waktu dan tetap
mengatakan hal itu. Akan ada orang-orang yang mengatakan adanya kebebasan
memilih. Baiklah, kebebasan memilih akan ada, tapi di dalam takdir. Kebebasan
itu ada di dalam takdir yang telah diciptakan Allah. Kebebasan itu diciptakan
di dalam takdir. Kau memilih, kau membuat pilihanmu sendiri, tapi kebebasan itu
ada di dalam takdirmu sendiri. Untuk itu, na’udzubillah min dzalik, kau tidak
memiliki cara untuk mengejutkan Allah. Dengan kata lain, kau tidak bisa
melakukan apa pun tanpa sepengetahuan Allah.
_________________________ Karya : Harun Yahya ______________________