___1001seputaragamaislam.blogspot.com___
Masyarakat
di zaman Nabi Muhammad S.A.W. menyebarkan berita dengan lisan. Mereka saling mengirimkan
informasi dari mulut ke mulut. Informasi yang mereka dapatkan juga diwariskan
dari generasi ke generasi. Jadi dengan cara ini, informasi yang tersebar dapat
diingat dalam pikiran mereka.
"Dan Al Quran itu telah Kami
turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada
manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian." (Al Israa':106)
Jadi Al-Qur’an adalah sebuah kitab yang dibagi menjadi beberapa bagian dan
diwahyukan secara bertahap. Al-Qur'an diwahyukan secara bertahap karena dengan
cara ini Al-Qur'an orang-orang semakin mengingat Al-Qur'an. Tuhan mewahyukan
beberapa ayat Al-Qur'an pada waktu tertentu, yang dilatarbelakangi peristiwa
tertentu, kemudian Rasulullah S.A.W. dan orang-orang menghafalkan ayat-ayat
itu. Dan para sahabat yang pandai menulis diperintahkan Rasulullah untuk
menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an dalam perkamen, pelepah kurma, kulit hewan, atau
papirus karena Rasulullah buta huruf. Bahkan sangat sedikit orang Arab pada
zaman itu yang mampu membaca & menulis.
Tapi kebanyakan orang menghafal ayat-ayat Al-Qur’an. Mereka juga mengajarkan
dan mempraktekkan ayat-ayat itu dalam kehidupan mereka. Jadi ini memiliki efek
ganda: menghafal ayat-ayatnya dan mempraktekkannya. Inilah salah satu hikmah
Al-Qur’an yang diturunkan secara bertahap. Ini berarti praktek agama Islam
boleh dilakukan secara bertahap karena ini sesuai dengan sifat manusia, sangat
sulit kita berubah secara spontan.
Dan Allah memudahkan bacaan Al-Qur'an agar orang-orang dapat
menghafalnya. Dan ini adalah fakta yang luar biasa : Al-Qur’an telah dihafal
ratusan juta orang selama berabad-abad. Agar Al-Qur'an semakin melekat pada
ingatan orang-orang, Nabi Muhammad dan imam-imam yang memimpin shalat di
Madinah pada masa itu juga membaca Al-Qur’an dengan suara nyaring dalam shalat
lima waktu.
Dan di bulan Ramadhan, Nabi Muhammad S.A.W. mengkhatamkan Al-Qur’an. Bahkan ini
sudah menjadi tradisi umat Islam sampai sekarang, yaitu mengkhatamkan Al-Qur'an
di bulan Ramadhan.
Nabi Muhammad S.A.W. juga menganjurkan umat Islam untuk menghafal Al-Qur’an.
Ada suatu peristiwa ketika dua sahabat dekat Nabi Muhammad meninggal pada saat
yang sama, dan Nabi Muhammad memberikan penguburan pertama dan posisi yang
paling terhormat untuk orang yang paling hafal Al-Qur’an. Bahkan orang yang
paling dianjurkan menjadi Imam adalah yang lebih hafal Al-Qur'an.
Rasulullah S.A.W. juga menganjurkan menghafalkan ayat-ayat atau surat tertentu.
Misalnya sebelum hari Jumat, Nabi Muhammad sangat menganjurkan membaca surat
Al-Kahfi. Nabi S.A.W. juga bersabda bahwa surat Yasin adalah jantung Al-Qur’an.
Dia bersabda bahwa Surat Al Baqarah dan Ali Imran akan menjadi syafaat pada
hari kiamat bagi orang-orang yang menghafalnya.
Jadi semua ini memberikan semangat bagi orang-orang sehingga mereka menghafal
ayat-ayat Al-Qur’an. Dan perlahan-lahan, Al-Qur’an akhirnya menyatu dalam
pikiran dan hati umat muslim.
Pada saat Nabi Muhammad S.A.W. meninggal, ada banyak hafiz (para penghafal
Al-Qur'an). Para hafiz sangat dihormati dalam kalangan umat muslim. Dan metode
penghafalan Al-Qur’an ini diturunkan dari generasi ke generasi hingga sekarang.
Kita menyebutnya sebagai konsep Mutawatir.
Apa artinya Mutawatir? Artinya
ada begitu banyak orang yang telah menceritakan sebuah kisah di banyak tempat
sehingga sangat tidak mungkin orang-orang yang terkumpul bersama ini melakukan
kesalahan. Misalnya, ada seribu orang, dan masing-masing dari seribu orang
tersebut mengajarkan seribu orang lagi, dan masing-masing seribu orang itu
mengajarkan seratus orang lagi. Dapatkah anda bayangkan berapa ratus ribu orang
yang telah diajarkan? Dan apakah mungkin orang-orang yang sangat banyak ini
melakukan kesalahan? Tidak mungkin. Dan penyebaran Al-Qur'an melalui lisan
bersifat mutawatir, ada begitu banyak orang yang telah meriwayatkan,
sehingga tidak mungkin mereka melakukan kesalahan. Setiap ayat dari Al-Qur'an
hingga ke masa sekarang dihafalkan oleh ratusan juta orang melalui konsep
mutawatir.
Begitu pula ketika seseorang ingin menjadi seorang hafiz Al-Qur’an, mereka
harus diajarkan guru mereka dengan cara khusus. Mereka harus belajar ilmu Tajwid.
Tajwid adalah ilmu yang membahas tentang huruf-huruf Al-Qur’an. Dan
untuk menguasai ilmu tajwid, mereka harus belajar pada seorang ulama. Dan
umumnya, guru-guru yang memiliki keahlian dalam bidang Tajwid, mempunyai siswa
yang belajar selama kira-kira tiga sampai enam tahun, terkadang malah
lebih dari itu. Murid tersebut baru boleh membaca Al-Qur'an di muka umum
setelah dengan sangat teliti diperiksa oleh gurunya. Guru tersebut harus
memastikan bahwa muridnya dapat membaca Al-Qur’an dengan tepat dan benar.
Ketika seorang siswa telah mencapai kemahiran, maka sang ulama akan memberi
mereka tazkia, sebuah persetujuan tertulis yang berarti murid tersebut
boleh membaca dan mengajarkan cara membaca Al-Qur’an. Jadi dengan adanya ilmu
tajwid lebih memastikan bahwa tidak mungkin Al-Qur’an mengalami kerusakan.
Bahasa Arab juga merupakan bahasa yang hidup. Orang-orang masih berbicara dalam
bahasa Arab di zaman modern ini. Jadi mereka dapat membaca Al-Qur'an dan
memahami isinya. Ini juga sangat penting dalam membantu penghafalan Al-Qur’an.
Bahkan di Masjid tempat saya bekerja, salah satu imam disana sudah hafal Al-Qur’an
pada saat ia berusia tujuh tahun. Suatu hal yang sangat luar biasa!
Inilah salah satu mukjizat Al-Qur’an. Jadi Al-Qur’an terjaga keasliannya
melalui penyebaran lisan & metode penghafalan Al-Qur’an. Bahkan para
cendekiawan yang bukan Muslim pun telah mengakui tentang hal ini. Aku akan
membacakan komentar dari beberapa orientalis (sarjana non-muslim) yang
mempelajari Al-Qur'an.
Saya akan membacakan komentar dari A.T. Welch:
"Bagi umat Islam, Al-Qur’an
bukanlah sekedar kitab atau tulisan suci yang biasa. Ini karena selama
berabad-abad, Al-Qur'an disebarkan dalam bentuk lisan, yaitu sebuah bentuk yang
pertama kali diucapkan oleh Muhammad kepada para pengikutnya selama periode sekitar
dua puluh tahun, dan wahyu ini kemudian dihafal oleh beberapa pengikut Muhammad
selama dia hidup. Dan tradisi lisan yang unik ini terus menerus dihafalkan
sepanjang sejarah, dalam cara yang sangat baik melebihi cara menjaga keaslian
Al-Qur’an dengan menuliskannya. Selama berabad-abad, penyebaran Al-Qur’an
melalui lisan, secara keseluruhan telah dipertahankan oleh para pembaca
profesional, yaitu para Qura’ah. Sampai sekarang, pentingnya cara membaca
Al-Qur’an jarang dihargai dalam dunia Barat." (A.T. Welch)
Orientalis terkemuka yang bernama Kenith Crag, berkomentar:
"Al-Qur'an mungkin satu-satunya
kitab, termasuk (kitab) agama atau sekuler, yang keseluruhan isinya dihafal
oleh jutaan orang. Fenomena penghafalan Al-Qur’an ini berarti ayat-ayat Al-Qur'an
telah melintasi berabad-abad tahun dalam garis tak terputus sebagai bentuk
pengabdian umat muslim. Karena itu, kitab ini tidak dapat diklasifikasikan
sebagai dokumen antik atau dokumen sejarah masa lalu. Faktanya, Hifz (metode
menghafal Al-Qur’an) menjadikan Al-Qur’an menjadi milik umat Muslim sepanjang
zaman dan membuatnya menjadi sangat bernilai di setiap generasi umat muslim.
Hal ini menjadikan Al-Qur'an bukanlah sesuatu yang asing atau milik
kalangan orang tertentu saja."
(Kenith Craig)
Ini adalah pernyataan yang sangat mendalam & penting, karena fakta ini
semakin memperkuat bahwa Al-Qur’an bukan hanya sekedar tulisan biasa, Al’Quran
adalah sesuatu yang hidup. Metode penghafalan yang berkesinambungan membuat
Al-Qur’an begitu hidup di dalam hati, pikiran, & kehidupan sehari-hari umat
muslim.
Bahkan seorang pendeta pun telah mengakui bahwa Al-Qur'an tidak mungkin rusak.
Saya akan membacakan komentar seorang pendeta yang bernama Boswell Smith dalam
bukunya yang berjudul "Muhammad and Muhammadenism."
"Kesimpulannya,
kita memiliki sebuah kitab, yang benar-benar unik dalam asal-usulnya &
metode cara menjaga keasliannya begitu kuat sehingga tidak seorang pun yang
dapat meragukannya." (Boswell Smith)
Ada banyak orang yang berusaha untuk melemparkan fitnah dan tuduhan tentang
keaslian Al-Qur'an. Namun belum ada yang mampu memberikan sanggahan yang kuat,
karena metode penghafalan Al-Qur'an ini begitu baik, metode ini membuat
Al-Qur'an tetap terjaga keasliannya.
Dan yang menambah bukti bahwa Al-Qur’an itu masih utuh tanpa ada kerusakan
adalah sistem hifz. Ini merupakan sistem penghafalan Al-Qur’an yang sangat luar
biasa. Bahkan saya sendiri pernah mengalaminya. Pada bulan Ramadhan, umat Islam
berkumpul untuk shalat Tarawih. Biasanya kita dipimpin oleh seorang Imam yang
telah hafal seluruh Al-Qur’an. Dan biasanya, juga ada sebagian makmum yang
hafal ayat-ayat Al-Qur’an yang sedang Imam baca atau mungkin mereka juga
orang-orang yang hafal keseluruhan Al-Qur’an (Hafiz Qur'an).
Dan, meskipun sangat jarang, namun imam terkadang membuat kesalahan. Ini memang
sudah menjadi sifat manusia, karena manusia memang tidak sempurna, manusia
terkadang membuat kesalahan dan lupa. Namun jika sang Imam berbuat kesalahan
atau lupa, maka akan terdengar suara dari para makmum yang mengingatkan bacaan
Imam tersebut. Jadi dengan ini, maka proses penghafalan lisan & penyebaran
Al-Qur’an menjadi semakin kuat.
Dan Allah sendiri telah berfirman :
Inna nahnu nazalna al thikr wa inna
lahu wa hafidzun – “Sesungguhnya Kami telah mewahyukan pengingat (Al-Qur'an)
& Kami akan menjaganya.”
Kesimpulannya adalah, Al-Qur'an adalah sebuah mukjizat yang hidup, Allah selalu
aktif dalam menjaga firman-Nya dalam hati dan ingatan umat muslim. Apakah ada
kitab lain di dunia yang seperti ini? Tentu hanya Al-Qur'an yang memiliki
mukjizat seperti ini.