★
1001seputaragamaislam.blogspot.com
Apabila
Anda menonton siaran langsung shalat berjamaah 5 waktu dari Masjid Nabawi, maka
di shaf terdepan bagian sebelah kanan dekat dengan imam, Anda akan melihat
seorang laki-laki tinggi besar mengenakan peci berupa turban hitam khas
orang-orang Bengali, dialah Haji Muhammad.
Haji
Muhammad, seorang berkebangsaan Afghanistan yang tinggal di Kota al-Madinah
al-Munawwaroh. Ia menjadi seorang yang populer di Madinah semoga Allah menjaga
keikhlasannya karena selama seperempat abad ini selalu tampak di televisi
dengan penampilan khasnya, berada di shaf pertama Masjid Nabawi untuk
menunaikan shalat 5 waktu secara berjamaah.
Ia
menceritakan bahwa pertama kali menginjakkan kaki di Arab Saudi saat berumur 19
tahun. Selama 37 tahun di negeri kaya minyak ini, Haji Muhammad bekerja sebagai
tukang reparasi pipa.
Haji Muhammad mengatakan, “Aku berupaya untuk selalu shalat 5 waktu secara berjamaah di Masjid Nabawi sejak aku masih muda. Aku sangat senang mengambil dan meletakkan kembali Alquran yang telah dibaca dan ditinggalkan oleh para pengunjung, agar dapat rapi tertata kembali di lemarinya semula.”
Haji Muhammad
Para
jamaah dari luar Madinah dan luar Arab Saudi banyak yang terkesan dengan
keistiqomahannya shalat di shaf pertama dan di tempat yang sama selama
bertahun-tahun. Padahal kita mengetahui sangat sulit untuk mendapatkan shaf
pertama di Masjid Nabawi apalagi sampai bisa berada di tempat yang sama
terus-menerus. Masjid ini sangat ramai dan padat dikunjungi umat Islam dari
berbagai penjuru negeri.
Beberapa
orang yang bekali-kali mengunjungi Madinah senantiasa menjumpainya berada di
shaf pertama dan tempat yang sama pula (sebelah kanan imam). Turban hitamnya
membuatnya sangat mudah dikenali oleh para jamaah.
“Ketika aku mengikat
kontrak kerja dengan seseorang, kukatakan dari awal, aku tidak ingin kehilangan
satu kali pun shalat berjamaah di Masjid Nabawi (lantaran pekerjaan ini). Dan
di bulan Ramadhan, aku meliburkan diri karena aku ingin selalu berada di
masjid.”
Kata Haji Muhammad.
Apa
yang dipraktekkan oleh Haji Muhammad ini mengingatkan kita kepada para ulama
salaf yang senantiasa istiqomah berada di shaf pertama dalam waktu yang
panjang. Muhammad bin Samaah rahimahullahu berkata :
“Aku tinggal selama
40 tahun tidak pernah luput dari takbir pertama melainkan satu hari saja yaitu
hari ketika ibuku meninggal maka luput dari saya satu shalat berjamaah.”
Ibnu
Hajar al-Asqalani rahimahullahu mengisahkan biografi Said bin
al-Musayyab (seorang tabiin) rahimahullahu :
“Tidaklah diseru
panggilan shalat sejak 40 tahun melainkan Sa’id berada di dalam masjid.” (Tahdzibut Tahdzib, 4:87)
Asy-Sya’bi
rahimahullahu berkata :
“Sejak aku masuk
Islam, tidaklah ditegakkan iqamat shalat melainkan aku masih dalam keadaan
mempunyai wudhu (belum batal wudhunya).” (Tahdzibut
Tahdzib, 7:166).
Semoga
Allah member taufik kepada kita untuk senantiasa istiqomah di jalan-Nya.